Kamis, 11 Februari 2016

10 Feb 2016


Pagi ini ada pesan di grup whatsapp yg dikirim lewat seorang guruku. Bunda Etin biasa aku dan teman2 memanggilnya.
Isinya bagus. Tentang hakikat ukhuwah yg sebenarnya...



" Haaruuna Akhii (QS 20 : 30) "


Amunisi apa yang pertama kali diminta Musa saat diberi tugas maha berat mendakwahi ayah angkatnya sendiri yang durjana level 4?

Satu set alusista? Modal bermilyar? Satu peleton pasukan invanteri? Satu korps kavaleri?

Tongkat mukjizat? Tidak, tongkat itu Allah yang beri tanpa Musa minta.

Tetapi, Musa minta Harun agar membersamainya. Sebab Musa tahu bahwa jalan didepan akan penuh liku tanjak.

Apakah mereka selalu rukun canda tawa? Tidak juga. Bahkan pernah Musa saking kesalnya ia pada Harun, hampir meninjunya. Saat ia titipkan kaum israil pada Harun, Harun gagal laksanakan tugas. (QS 20 : 92 - 94)

. . . . .

Kita, tidak ada yang sekuat Musa. Tetapi Firaun presiden dzalim, Korun kapitalis serakah, Hamman pejabat busuk, dan Samiri kyai ilmuan sesat sekarang telah terkloning sedemikian jumlahnya. Maka kita lebih butuh bersama dibanding butuhnya Musa pada Harun.

Itulah ukhuwah. Kebersamaan

Dan hari ini kita memaknai ukhuwah sebatas makan-makan bersama canda dan tawa. Atau sebatas ucapan "barakallah" disaat ada rekan yang milad, wisuda atau menggenap.

Sedang Harun, ia membersamai Musa bahkan saat keadaan begitu mencekam: didepan laut, dibelakang pasukan Firaun siap menjagal. Bahkan saat Musa marah sekalipun. Mereka tetap bersama perjuangkan kebenaran.

Harun mengajarkan kita bahwa ukhuwah adalah bersama dalam cahaya apapun kondisinya. Bukan hanya sama-sama gembira dalam canda tawa.

- Ust. Jumadil Muhammad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar