Ya Allah.. Di satu sisi, saya hanya ingin berusaha menghilangkan rasa itu dengan memutus semua yang dapat mengarah kepadanya.. Tapi di sisi lain, saya masih tetap merasa sepi dan juga sedih.. aku harus bagaimana Yaa Allah.. :'( Aku hanya ingin yang halal.. Aku tidak mau yang haram.. Sedangkan perasaanku padanya................ aku pikir itu haram buatku. Karena dia sudah...,....,...
Maryam Hhrd
Blog ini berisi curhat, curcol, gado-gado, pengalaman, dan iseng-iseng berupa gambar serta coret-coretan dikala gabut atau bosen. Tapi kalo lagi niat kadang isinya yaa lumayan layak dan bermutu lah ya utk dibaca. Haha.. Walaupun sebagian besar isinya celotehan ga jelas, tapi ada kok yg bermanfaat (insyaaAllah).. Udah dah.. Langsung aja baca yak Yuk mari~
Sabtu, 17 April 2021
Sabtu, 03 April 2021
Hujan di Bulan April
Segumpal daging dalam dada insan membeku laksana es di dalam Freezer .
Ia memberontak, mendobrak paksa pintu itu untuk keluar.
Segera.
Tapi kemudian Ia jatuh, tersungkur, hancur & terinjak.
Seseorang datang,
hendak menyelamatkannya.
Namun nyatanya,
Ia juga punya segumpal daging yang harus dia jaga.
Sabtu, 18 Januari 2020
Sebenernya tulisan ini adalah sebuah Essay untuk ikut lomba yang diadakan oleh kedutaan besar Rusia dengan judul "Kenapa saya suka Rusia?". Hadiah bagi pemenangnya lumayan fantastis yaitu tiket pesawat pulang-pergi ke Rusia. Aku coba membuat tulisan Essay untuk ikut lombanya. Tapi ternyata aku belum menang. Tidak apa apa juga.. Mungkin memang tulisan orang lain lebih bagus. Bisa dicoba lagi kalau ada kesempatan. Akhirnya aku ingin menaruh tulisanku waktu itu disini. Semoga bermanfaat bagi pembaca.
GARA-GARA DIA, SAHABAT PENA SAYA
Ketika ada pertanyaan, kenapa saya menyukai Rusia? Alasannya sederhana, yaitu gara-gara dia. Iya. Cuma gara-gara dia, sahabat pena saya yang kebetulan dia adalah orang Rusia itu sendiri. Lho, kok bisa? Bagaimana bisa seperti itu?
Semua itu berawal dari rasa penat dalam menjalani kehidupan semasa SMA kelas 12 semester akhir yang beberapa bulan lagi akan menghadapi Ujian Nasional. Rasa penat itu mengantarkan saya untuk mencari sesuatu yang menarik untuk sekiranya dapat mengobati sedikit rasa penat itu sendiri. Bersyukur saya yang kebetulan bersekolah di asrama diperbolehkan mengakses internet di tiap akhir pekan. Tiba-tiba timbul ide untuk mencari sahabat pena ketika halaman browser muncul di layar. Saya membayangkan pasti akan seru apabila bisa berteman, mengobrol, bertukar pikiran serta berbagi cerita kepada orang yang tinggal di negara yang berbeda dengan saya. Mulailah saya mencoba mengunjungi situs pencarian sahabat pena di internet, membuat profil lalu menghubungi sekian orang yang profilnya sudah termuat di sana. Dengan Bahasa Inggris yang pas-pasan, saya nekad mengirimkan pesan melalui E-mail ke 15 orang dari negara-negara yang berbeda berisi perkenalan diri serta ajakan untuk bersahabat pena. Surat elektronik alias E-mail terakhir yang saya kirim di hari itu adalah ke seorang remaja laki-laki seusia saya yang dia berasal dari Negara Rusia. Tetapi ternyata dari 15 E-mail yang saya kirim ke 15 orang serta negara yang berbeda hanya satu orang yang membalas E-mail saya. Orang yang membalas justru orang itulah yang terakhir saya kirimi E-mail di hari itu! Iya, dia. Orang Rusia itu! Saya senang sekali ketika E-mail saya dibalas dan dia juga menerima ajakan saya untuk bersahabat pena. Saya sangat antusias dengan persahabatan jarak jauh antar negara ini. Sungguh ini sesuatu yang sangat menarik dan menyenangkan serta ini pertama kalinya dalam hidup saya memiliki sahabat pena dari luar negeri dan itu dari Rusia. Dia orang yang asyik, ramah dan baik sejauh saya berkomunikasi dengan dia. Hal itu membuat saya tertarik untuk mengenal dirinya lebih jauh. Tetapi karena hanya berkomunikasi melalui E-mail, saya tidak bisa stalking tentang dirinya di dunia maya (ups). Sehingga yang saya cari tahu lebih dulu adalah tentang negara dimana dia berasal. Dalam pikiran saya kala itu mungkin saya bisa mengenal dan memahami dirinya dengan lebih dulu mengenal serta memahami negaranya.
Pencarian tentang Rusia pun dimulai. Artikel yang saya baca ketika searching tentang Rusia adalah sebuah artikel dari website RBTH Indonesia mengenai eratnya hubungan diplomatik antara Indonesia dan Rusia di masa lalu. Terlihat foto Presiden Sukarno bersama Nikita Khrushchev, Pemimpin Soviet yang terlihat begitu hangat dan akrab serta Stadion Gelora Bung Karno adalah salah satu saksi bisu eratnya hubungan persahabatan antara dua negara tersebut. Terlebih di zaman ketika Indonesia masih merupakan negara yang baru merdeka dan berdaulat, sedangkan kondisi ekonomi, sosial dan politiknya masih belum begitu stabil ternyata Rusia dengan senang hati serta tulus telah banyak membantu Indonesia. Sungguh, saya terkesan sekali dengan kebaikan Rusia. Kebaikannya membuat kesan teramat dalam di hati saya sehingga membuat saya ingin mengetahui tentang Rusia lebih jauh. Saya benar-benar tidak menyangka bisa menyukai Rusia hanya karena berawal dari orang Rusia itu sendiri. Kalau misalnya dia yang berasal dari Republik Bashkortostan tidak membalas E-mail saya sebagaimana 14 orang lainnya kala itu, mungkin sampai hari ini saya tidak akan pernah penasaran dengan Rusia, mencari tahu tentang Rusia hingga bisa menyukai Rusia.
Rabu, 10 Juli 2019
(Foto : Dokumentasi Pribadi)
"Pak, sebenernya Kera Sakti itu beneran ada ga si?" °
Tanya salah seorang di antara kami yg saat itu sedang berada di dekat ruangan berisi patung Budha, Dewi Kwan Im, dan yg kami tak asing patung seperti sosok Biksu Tong Sam Chong. Yang mana kami merupakan peserta dari Diskusi "Pilar Budaya Tionghoa" pada tanggal 25 Februari 2018 silam di Klenteng Tang Seng Ong Bio atau dengan nama lain Vihara Tanda Bhakti Jakarta di daerah Glodok. Ia bertanya kepada salah seorang bapak penjaga Klenteng yang menjadi pemandu kami selama kami semua dipersilakan untuk berkeliling di dalamnya.
Rupanya aku pun juga terpikir.. Ohiyaya. Itu juga hal yg sama yg jadi rasa penasaranku selama ini.. Kera Sakti yg dulu waktu TK-SD aku suka banget nonton, itu beneran ada ga si?
Lalu bagaimana dengan tokoh Cu Pat Kai yg mengatakan "Cinta itu penderitaan tiada akhir.." Beneran ada gak ya. °
(Foto : Dokumentasi Pribadi)
Dan jeng jeng jeng jeeeengggg... Kata bapak penjaga klenteng yg menjadi pemandu kami, "Tokoh2 tersebut tidak ada dan tidak nyata. Mereka semua hanyalah perwujudan dari pikiran manusia. Misalnya Sun Go Kong, dia merupakan perwujudan dari pikiran manusia yg ga bisa diem, suka pindah-pindah, kesana-kemari, maunya bikin onar, bikin keributan, maunya berbuat seenak dan sekehendak hatinya saja, dsb.. Yg mana pada akhirnya hanya "Sang Budha" lah melalui Biksu Tong Sam Chong, Sun Go Kong dapat dikendalikan. Sebagaimana pikiran manusia yg tak terkendali, akhirnya bisa dikendalikan dengan ajaran Budha ". Begitulah kurang lebih penjelasan yg aku tangkap dari pemandu setelah selesai diskusi tentang "Pilar Budaya Tionghoa" di halaman depan klentengnya yg mana acara diskusi ini diadakan oleh Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia @pemerhatibudayadanmuseum . °
Setiap perjalanan ada hikmahnya. Aku bisa memahami org lain dengan memahami budayanya. Satu lagi, Keragaman itu adalah perekat. Dan bukan pemisah.
(Foto : Dokumentasi Pribadi)
#budaya #culture #religion #history #sejarah #walkingtour #tour #tur #klenteng #vihara #temple #heritage #indonesia #indonesiantemple
"Pak, sebenernya Kera Sakti itu beneran ada ga si?" °
Tanya salah seorang di antara kami yg saat itu sedang berada di dekat ruangan berisi patung Budha, Dewi Kwan Im, dan yg kami tak asing patung seperti sosok Biksu Tong Sam Chong. Yang mana kami merupakan peserta dari Diskusi "Pilar Budaya Tionghoa" pada tanggal 25 Februari 2018 silam di Klenteng Tang Seng Ong Bio atau dengan nama lain Vihara Tanda Bhakti Jakarta di daerah Glodok. Ia bertanya kepada salah seorang bapak penjaga Klenteng yang menjadi pemandu kami selama kami semua dipersilakan untuk berkeliling di dalamnya.
Rupanya aku pun juga terpikir.. Ohiyaya. Itu juga hal yg sama yg jadi rasa penasaranku selama ini.. Kera Sakti yg dulu waktu TK-SD aku suka banget nonton, itu beneran ada ga si?
Lalu bagaimana dengan tokoh Cu Pat Kai yg mengatakan "Cinta itu penderitaan tiada akhir.." Beneran ada gak ya. °
(Foto : Dokumentasi Pribadi)
Dan jeng jeng jeng jeeeengggg... Kata bapak penjaga klenteng yg menjadi pemandu kami, "Tokoh2 tersebut tidak ada dan tidak nyata. Mereka semua hanyalah perwujudan dari pikiran manusia. Misalnya Sun Go Kong, dia merupakan perwujudan dari pikiran manusia yg ga bisa diem, suka pindah-pindah, kesana-kemari, maunya bikin onar, bikin keributan, maunya berbuat seenak dan sekehendak hatinya saja, dsb.. Yg mana pada akhirnya hanya "Sang Budha" lah melalui Biksu Tong Sam Chong, Sun Go Kong dapat dikendalikan. Sebagaimana pikiran manusia yg tak terkendali, akhirnya bisa dikendalikan dengan ajaran Budha ". Begitulah kurang lebih penjelasan yg aku tangkap dari pemandu setelah selesai diskusi tentang "Pilar Budaya Tionghoa" di halaman depan klentengnya yg mana acara diskusi ini diadakan oleh Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia @pemerhatibudayadanmuseum . °
Setiap perjalanan ada hikmahnya. Aku bisa memahami org lain dengan memahami budayanya. Satu lagi, Keragaman itu adalah perekat. Dan bukan pemisah.
(Foto : Dokumentasi Pribadi)
#budaya #culture #religion #history #sejarah #walkingtour #tour #tur #klenteng #vihara #temple #heritage #indonesia #indonesiantemple
Kamis, 04 April 2019
“BAHASA
MELAYU SEBAGAI LINGUA FRANCA PADA MASA KURUN NIAGA”
Oleh
: Maryam Syafiyah / 4415151184
Pendidikan
Sejarah 2015 A
Pernahkah terpikir di benak kita
semua bagaimanakah cara berkomunikasinya orang-orang asing yang datang dari
Gujarat, Arab, Persia, dan Cina yang datang ke nusantara untuk berdagang antara satu sama lain dan khususnya
dengan penduduk lokal pada masa kurun niaga? Mengapa dari semua bahasa di
Kepulauan Indonesia-Malaysia, justru bahasa Melayu yang terangkat kedudukannya
sebagai Lingua Franca? Bagaimanakah
peran dan posisi Bahasa Melayu ketika itu? Dan seberapa pentingnya Bahasa
tersebut dalam hubungan perdagangan di Nusantara terutama pada masa kurun
niaga?
Menurut Kridalaksana (1991), Bahasa Melayu adalah salah satu anggota dari keluarga bahasa Austronesia, yakni kumpulan bahasa-bahasa yang mempunyai hubungan genetic dan terdiri atas lebih dari 800 bahasa, dituturkan mulai dari Madagaskar di barat sampai Pulau Paskah di timur, dan dari Taiwan di utara sampai Selandia Baru di Selatan.
Menurut Kridalaksana (1991), Bahasa Melayu adalah
salah satu anggota dari keluarga bahasa Austronesia, yakni kumpulan
bahasa-bahasa yang mempunyai hubungan genetic dan terdiri atas lebih dari 800
bahasa, dituturkan mulai dari Madagaskar di barat sampai Pulau Paskah di timur,
dan dari Taiwan di utara sampai Selandia Baru di Selatan.
Bahasa
melayu yang merupakan turunan bahasa Austronesian Purba, dimulai sebagai satu
dari beberapa varian bahasa yang saling berhubungan erat dan digunakan di
Kalimantan Barat, kurang lebih dua juta tahun yang lalu. Penutur Bahasa Melayu
Purba, nenek moyang dari semua dialek Bahasa Melayu yang masih ada dan yang
sudah punah, mendiami daerah khusus secara ekologis: rawa-rawa, tanah basah,
delta, dan pantai dari daerah sistem sungai di Kalimantan Barat. Pola pemukiman
ini memungkinkan mereka untuk mempertahankan dan mengembangkan teknologi
pelayaran. Hal ini juga menempatkan mereka pada posisi yang menguntungkan dalam
penyaluran benda dan budaya spiritual antara orang Austronesia di pedalaman dan
orang-orang yang tinggal di luar batas perairan Kalimantan (Collins 2005:4).
Pedagang
dan nakhoda kapal yang datang di Malaka sangat beragam budaya, agama, dan
daerah. Karena itu, diperlukan penerjemah untuk mengkomunikasikan kepentingan
mereka. Kemampuan komunikasi, khususnya syahbandar, sangat mempengaruhi
interaksi dan intensitas perdagangan. Dalam hubungan ini Bahasa Melayu sangat
penting, sehingga menjadi keharusan bagi siapa pun untuk mengetahui, memahami,
dan menggunakannya. Menurut Collins (2005:34), Bahasa Melayu pada abad ke-16
merupakan suatu kebutuhan yang mendesak bagi bangsa Eropa yang berdagang di
Malaka. Hal senada juga dikatakan oleh Lombard (2005:34), bahwa sebelum
kedatangan Belanda di Nusantara, pemakaian bahasa Melayu berakar kuat di
kota-kota pelabuhan di sepanjang pesisir. Karena itu, orang Belanda memilih
bahasa itu sebagai alat komunikasi utama dalam perdagangan di nusantara. Itulah
sebabnya bahasa Melayu sering disebut lingua
franca alias bahasa perdagangan maupun bahasa perhubungan.
Bahasa
melayu yang dalam sejarahnya telah lama menjadi bahasa perhubungan (lingua
franca) antara penduduk-penduduk kepulauan Indonesia dan Nusantara umumnya,
telah dipakai sejak zaman Sriwijaya abad ke-7 sampai abad ke-13. Kemudian
setelah meredupnya Sriwijaya pada permulaan abad ke-14, memungkinkan dalam
zaman yang hampir bersamaan tampil dua buah kerajaan besar: Kerajaan Majapahit
di Jawa Timur yang dibangun oleh Raden Wijaya tahun 1293 dan Kerajaan Malaka
yang didirikan oleh Prameswara pada akhir abad ke-14 (Usman 1964:72). Terbentuknya
Kerajaan Malaka inilah salah satu hal yang menandakan Nusantara mulai memasuki
masa yang disebut sebagai masa kurun niaga. Masa di mana mulai bermunculannya
pemain pasar baru yaitu bangsa Islam. Yang hal ini juga ditandai oleh peristiwa
yang menyangkut di Eropa yaitu penguasaan Islam (Dinasti Umayyah) di Spanyol.
Munculnya pemain baru yaitu bangsa Islam sehingga masa kurun niaga juga disebut
sebagai masa kurun Islam. Interaksi dengan bangsa Islam sendiri dibuktikan
dengan adanya prasasti Arab tertua, yaitu batu prasasti Leran dari abad ke-11;
ditambah pula adanya prasasti pada makam Malik Ibrahim, yang mungkin sekali
adalah pedagang dari Gujarat. Prasasti itu berangka tahun 1419 dan terletak di
Gresik, dekat Surabaya (Ronkel 1911, Juynboll 1911).
Pada
abad ke-14 sampai abad ke-17 yang disebut sebagai masa kurun niaga dikarenakan
bahwa di Nusantara pada abad ke-16 terjadi ledakan pasar yang terus-menerus dan
tidak hanya berpengaruh terhadap Eropa dan Laut Tengah sebelah timur, tetapi
juga Cina dan Jepang. Di samping itu juga terbentuknya Kapitalisme saudagar
yang berasal dari Asia Tenggara yang selama periode ini para saudagar,
penguasa, kota dan Negara menempati bagian sentral dalam perdagangan yang
berasal dari dan melalui wilayah mereka (Reid 1999:3).
Mengapa
dari semua bahasa di Kepulauan Indonesia-Malaysia, bahasa Melayu yang terangkat
kedudukan sebagai Lingua Franca? Di
sepanjang Semenanjung Malaya (termasuk keempat propinsi paling selatan
Thailand), meliputi sebagian besar Pulau Sumatera dan di sepanjang daerah
pantai Kalimantan, ditemukan suatu mozaik dari berbagai dialek Melayu pedalaman
yang berbeda, dari lembah yang satu ke lembah yang lain dan dari satu desa ke
desa lain. Beberapa dari dialek ini, seperti dialek Minangkabau dan Kerinci,
itu berlainan sehingga kadang dianggap dua bahasa yang berbeda. Padahal Sumatra
dan Semenanjung Malaya sebenarnya merupakan daerah inti atau pusat bahasa dan
kebudayaan Melayu, sedangkan dialek Kalimantan mewakili penyebaran lebih
lanjut. Adapun timbulnya kebutuhan suatu lingua
franca bagi suatu daerah, yang dikaruniai (atau dibebani) dengan begitu
banyak bahasa, bukanlah hal yang mengherankan, khususnya karena kontak antara
para penutur bahasa-bahasa ini dan bahasa-bahasa lain menjadi lebih sering,
bersamaan dengan berkembangnya perdagangan antar pulau dan perdagangan luar
negeri. Bahwa akhirnya bahasa Melayu mengisi peran tersebut adalah karena
lokasinya yang strategis di kedua tepian pantai Selat Malaka, suatu daerah
perairan sempit tempat perdagangan laut awal antara India dan Cina terpaksa
berlalu-lalang, dan yang menyediakan suatu titik perhentian yang tepat untuk
berlindung dari badai musiman atau untuk mengambil air dan makanan segar.
Selama menanti selesainya pengisian bekal tersebut, para pedagang (bangsa
India, Cina, dan kemudian juga bangsa Arab) haruslah bergantung pada
perdagangan dengan penduduk yang berbahasa Melayu untuk mencari bekal dan tentu
saja memerlukan sarana untuk berkomunikasi dengan mereka. (Kridalaksana 1991:182)
Sehingga
kemudian Bahasa Melayulah yang dipilih dan digunakan sebagai Lingua Franca dikarenakan oleh sebab
yang dikatakan Usman (1964:23-24) di bukunya yang berjudul “Sejarah Bahasa
Persatuan” bahwa karena Bahasa Melayu itu bersifat sederhana dan lebih
demokratis. karena letak Melayu (Negeri-negeri penduduk yang mempergunakan
Bahasa Melayu) di bagian barat menjadi pusat lalu lintas, sejak mulanya bahasa
itulah yang dipergunakan dalam perhubungan, baik sesama penduduk Nusantara
maupun setelah ada hubungan dagang dan kebudayaan dengan bangsa asing. Dalam
perhubungan semacam itu; untuk menghindari salah pengertian, diperlukan kalimat
atau susunan perkataan yang sederhana dan tepat seperti yang kita kenal dengan
Bahasa Inggris dalam hubungan dunia Internasional sekarang. Sehingga penggunaan
bahasa yang semacam itu, baik oleh orang Melayu sendiri terutama oleh penduduk
daerah maupun oleh bangsa pendatang yang lain, menghendaki pikiran dan
ketelitian, supaya tidak terjadi salah paham. Pastilah di kalangan yang agak
terkemuka, bila hendak mengadakan hubungan dengan orang-orang yang tidak
sedaerah dengan dia, perlu pengetahuan bahasa itu sekedarnya.
Bahasa
Melayu adalah bahasa yang sangat unggul dalam bidang ilmu, perdagangan,
diplomasi dan agama. Surat dari Ternate (1521,1522) menggambarkan peran Bahasa
Melayu tulis yang digunakan dalam kegiatan diplomatis di daerah tersebut yang
mana ketika surat tersebut ditulis menggunakan bahasa Melayu, surat tersebut lebih
diterima ketimbang surat yang ditulis menggunakan bahasa Tagalog yang kemudian
surat berbahasa Tagalog itu dirobek-robek menjadi potongan-potongan (Collins
2005:29-30).
Peran
Bahasa Melayu memiliki peran yang lebih dari pada itu. Dilihat selama
berabad-abad lamanya kontak bahasa dari pelabuhan-pelabuhan yang menggunakan
berbagai bahasa di Mediterania, pengembara bangsa Eropa dari zaman itu
menggambarkan Bahasa Melayu sebagai lingua
franca di kawasan Asia Tenggara. Yang mana ini memberikan tekanan akan
persebaran Bahasa Melayu yang luas dan berhubungan erat dengan perdagangan.
Reid
(1988) menyimpulkan posisi khusus dari Bahasa Melayu pada Abad Perdagangan,
bahwa “Bahasa Melayu menjadi bahasa perdagangan di Asia Tenggara. Penduduk dari
kota besar perdagangan diklasifikasikan sebagai orang Melayu karena mereka
berbicara dalam bahasa itu dan memeluk agama Islam, walaupun keturunannya
berasal dari Jawa, Mon, India, Cina, dan Filipina.. setidak-tidaknya mereka
yang berjualan dan berdagang di pelabuhan-pelabuhan besar berbicara dalam
Bahasa Melayu, seperti berbicara dalam bahasa mereka sendiri.“
Bahasa
Melayu juga merupakan bahasa resmi tulis yang digunakan di Istana-istana dan
dalam agama yang dalam saat bersamaan merupakan bahasa yang digunakan untuk
menjalankan tugas sehari-hari, bahasa perdagangan, dan bahasa interaksi
masyarakat di pasar dan pelabuhan. Dengan demikian peran dan posisi Bahasa
Melayu benar-benar melampaui cakupan fungsi dari bahasa-bahasa yang diketahui
yang ada di Eropa dan tidak dapat digambarkan hanya dengan satu kata kiasan.
Menuju
akhir abad ke-16, pihak-pihak lain menyadari akan potensi Bahasa Melayu yang
saat itu digunakan untuk kepentingan perdagangan; ada kebutuhan mendesak untuk
meneruskan Bahasa Melayu dengan baik kepada ‘pemakai’ Bangsa Eropa. Bahasa
Melayu, bahasa sastra dan masyarakat beradab, juga merupakan bahasa pekerjaan
di pelabuhan dan perdagangan, sangat memerlukan pengantar yang sistematis.
Situasi sosiolinguistik pada abad ke-16 di Asia Tenggara mencapai kesuksesan
yang tiada bandingannya dalam karya F. de Houtman. Dia menggunakan tahun-tahun
masa penahanannya (Juni 1599-Agustus 1601) di Aceh untuk mempelajari Bahasa
Melayu dan mengatur kemajuan berbahasanya, yang kemudian ia menemukan sketsa
gaya dari Bahasa Melayu. kemudian diterbitkanlah tsamensprekinghen yang berisi percakapan dalam bahasa Melayu yang
ditulis dengan huruf latin, dengan kolom terjemahan dalam bahasa Belanda;
percakapan antara pedagang dan pejabat pelabuhan, pedagang lainnya, penjaga
pintu, dewan kerajaan, dan sultan sendiri—banyak ragam jenis dan etika gaya
bahasa yang pada percakapan yang kaya dan rumit ini, terlampir daftar kata
Belanda-Melayu (Collins 2005:34-35).
Kemudian
terbit pula buku Spraeck ende woordboeck,
inde Maleysche ende Madagaskarsche Talen yang pertama kali terbit pada
tahun 1603. Yang mana para awak kapal dari berbagai bangsa, Jerman, Belanda,
Denmark, dan Swedia yang berkumpul di Amsterdam dan memasukkan buku ini ke
dalam tas mereka sebelum berangkat ke Asia Tenggara setelah buku percakapan de
Houtman juga diterjemahkan ke dalam bahasa latin lalu kemudian ke dalam bahasa
Inggris. Pembajakan yang jenius dari buku de houtman sebelum tahun 1614 ini menggarisbawahi
dampak internasional buku yang hanya buku pelajaran bahasa–media (hanya media
cetak) yang dapat dibandingkan dengan karya yang segera mendapat perhatian seluruh
dunia.
Hal
yang perlu diingat adalah bahwa buku de Houtman ditujukan kepada orang yang
tidak berbicara dalam bahasa Melayu. Buku tersebut adalah buku pegangan untuk
bahasa, ditulis dalam bentuk percakapan dramatis agar orang Eropa dapat belajar
Bahasa Melayu, bahasa yang tidak terpisahkan dari Kepulauan Nusantara. Dengan
orang Eropa belajar bahasa Melayu, semakin mudah orang Eropa dalam melakukan
transaksi perdagangan dengan penduduk Nusantara. Yang kita semua sama-sama tahu
bahwa awal dari penjajahan bangsa Eropa terhadap Nusantara khususnya diawali
dengan niat awal mereka yang hanya ingin berdagang. Dari yang hanya ingin berdagang
itu kemudian berubah menjadi berambisi untuk menguasai perdagangan dengan melakukan
praktik monopoli. Lalu kemudian membentuk koloni, hingga akhirnya menjajah. Dan
dapat disimpulkan bahwa semua itu berawal dari penguasaan dan pemahaman bahasa
Melayu sebagai bahasa perhubungan dan perdagangan di Nusantara.
Rabu, 06 Februari 2019
APA
Apa itu hidup? Apa itu tertawa? Apa itu menangis? Apa itu makan? Apa itu minum? Apa itu bernafas? Apa itu usaha? Apa itu capek? Apa itu muak? Apa itu bahagia? Apa itu kematian?
Apa itu alasan? Apa itu semangat? Apa itu melanjutkan? Apa itu hidup? Apa itu ikhlas? Apa itu percaya? Apa itu kerelaan? Apa itu sepenuh hati? Apa itu penuh? Apa itu hati? Apa itu mati?
Apa apa apa apa apa dan apa. Apa ya hanya apa. Bukan kenapa lalu bagaimana.. Apa. Apa kamu tau? Apa itu rasa? Apa itu kesan? Apa itu pesan? Apa itu isyarat? Apa itu maksud? Apa itu keinginan? Apa itu perasaan? Apa itu isi hati?
#apa #puisi #sajak #katakata
Minggu, 03 Februari 2019
Hujan akhir Januari
Sorot matamu
Selain suaramu
Selalu membuatku rindu
Walau terhalang sepasang kaca yang kaku
Di januari yang beku
Dingin mengilu
Langit tetap aneh mengelabu
Awan pilu
Menumpahkan jutaan rintik hujan bagaikan batu
Meninggalkan sejuta tanya yang menggebu
Di dalam sanubari yang biru
Mungkin ini saatnya kuharus membisu
Membiarkan semua kekakuan itu
Agar segera berlalu
Berharap dicairkan oleh waktu
Versi 2
Hujan akhir Januari
Sorot matamu
Selain suaramu
Selalu membuatku rindu
Walau terhalang sepasang kaca yang kaku
Di januari yang beku
Dingin mengilu
Langit tetap mengelabu
Awan pilu
Menumpahkan jutaan rintik hujan bagaikan batu
Meninggalkan sejuta tanya yang menggebu
Di dalam benakku
Mungkin ini saatnya kuharus membisu
Membiarkan semua kekakuan itu
Agar segera berlalu
Dicairkan oleh waktu
#hujan #akhir #januari #january #hujanakhirjanuari #katague
#poet #poetry #poem #puisi ? #sajak ? #katakata #asalngomong #asaljeplak #iseng #nyablak #njeplak #bacot #bacod #seenakjidat #bodoamat #yangpentingyakin
Follow saya di
Instagram : @maryam.syafiyah
Langganan:
Postingan (Atom)