Kamis, 14 Desember 2017

30 september 2017

Awalnya berniat ke kota tua cuma ngincer Plastik kaca yang dijual di Asemka.. Plastik yg kugunakan utk membungkus souvenir.
Jadilah kemarin di hari Jum'at, 29 September 2017, selesai jam mata kuliah sejarah Asia Selatan, yg di hari itu cuma 1 matakuliah aja yg dimulai dari jam 8, bergegaslah aku ke halte TJ UNJ menuju halte matraman. Dari halte matraman aku transit ke arah harmoni. Di harmoni naik lagi ke arah Blok M lalu turun di halte Kota. Sesampainya disana aku cari pintu keluar dan mencari lokasi Asemka dengan modal nanya2 ke pak satpam. Singkat cerita akhirnya sampailah di Asemka dan mulai kumencari pedagang yg menjual Plastik kaca. Setelah bertanya kesana kemari akhirnya kutemukan jg. Selesai membelinya, ku pun berniat langsung pulang ke bekasi..
Tapi.. Ah sayang sekali rasanya kalau aku ke kota tua hanya ke Asemka aja. Akhirnya aku berinisiatif utk menjelajahi beberapa bagian dari kota tua Jakarta.. Tapi kali ini beda. Aku tak ke museum bank mandiri, museum fatahillah, maupun ke museum keramik.. Tetapi lebih ke jalan asal dengan patokan gedung-gedung yg terlihat tua dimanapun ia berada. Aku pun terus berjalan hingga kutemukan bangunan bercat kuning yang merupakan bangunan hostel Wonderloft dengan seorang bule perempuan yg sedang duduk di depannya. Selesai memotret beberapa sisi dari gedung2 antik peninggalan kolonial yg ada di sekitarnya, aku pun lanjut menyusuri jalanan sepanjang sungai yang di sisi kiri dan kanannya berderetan gedung tua. Toko merah salah satunya. Aku ingin kesana tapi ternyata lagi digunakan utk sebuah acara dan aku tak jd kesana. Lalu aku terus berjalan lurus hingga akhirnya kutemukan Jembatan Kota Intan. Jembatan yg unik karena jembatan itu bisa membelah ke sisi kiri dan sisi kanannya ketika kapal hendak lewat. Tetapi itu dulu ketika zaman kolonial. Dan kini jembatan itu terlihat rapuh dan tidak dpt dipergunakan seperti dulu, menurut ibu2 yg berjualan di dekat jembatan tersebut. Aku pun coba melangkah ke jembatan itu dengan hati-hati, memandangi jembatan ini, lalu pemandangan di sekitarnya termasuk sungai di bawahnya yg kini penuh dg tumbuhan liar.. Aku berusaha merenung sebentar. Mencoba menghadirkan suasana disana ketika jaman kolonial masih berlangsung, di tempat yg disana aku sedang berdiri. Berusaha membayangkan kapal2 yg hendak lewat di atas sungainya.
Setelah dari jembatan aku pun beranjak turun lalu berfoto di sekitarnya. Selesai berfoto, aku melanjutkan perjalanan ke Museum bahari dan menara syahbandar.. Mengenai rute perjalanannya, tinggal lurus terus dari jembatan kota intan. Melewati jalan-jalan lain, terowongan, dan Sungai yg di sisi kirinya sedang ada proyek pembangunan trotoar. Tentu saja aku mendapatkan informasi rute itu dari ibu pedagang di jembatan kota intan yg tadi kutemui dan sempat ku mengobrol serta bertanya2 dengannya.
Aku pun berjalan dan terus berjalan.. Matahari terik sekali karena sudah masuk tengah hari. Hingga di ujung jalan kutemui gedung bertuliskan "Galangan VOC". Galangan VOC.. Hm.. Setau ku, itu tempat utk membetulkan kapal2 dagang VOC. Aku tertarik dan ingin memasuki gedungnya. Setelah meminta ijin, akhirnya aku diperbolehkan Masuk. Tetapi skrg ruangan-ruangannya digunakan utk tempat pertemuan dan dikunci. Aku hanya bisa memandanginya dari jendela dan menikmati suasana di luar ruangannya saja. Lalu ku berfoto2 lagi disana. Pengunjung nya sepi. Hanya berempat. Tiga org entah dari mana kemudian aku sendiri. Selesai aku menyusuri lantai atas dan bawah, aku pun melanjutkan perjalanan menuju museum bahari dan menara syahbandar. Menara syahbandar jelas terlihat dari luar gedung Galangan VOC. Dengan menyeberangi jembatan dan jalan, sampailah di sana. Pertama-tama aku beli tiket masuk di Office-nya yg terletak di sebelah kiri menara syahbandar . Eh tapi ternyata petugasnya sedang di museum bahari. Aku diarahkan kesana utk membeli tiket. Kutemui Jalan Pasar Ikan lalu belok kiri. Sampailah aku di museum bahari. Aku pun memasukinya walaupun kondisi bangunan sedang direnovasi. Dan ya! Pengunjungnya cuma aku sendiri. Aku pun menulis buku tamu dan membayar Rp 3000 utk tiket masuk dengan melampirkan kartu mahasiswa. Aku pun memasuki satu persatu ruangan yg isinya banyak miniatur kapal, alat-alat yg digunakan di kapal, lalu tulisan2 berisi keterangan informasi misal : mengenai kapal phinisi, jalur sutra/silk road, dll..
Dari satu ruangan ke satu ruangan lalu dari lantai 1 ke lantai 2 lumayan capek juga. Akhirnya aku sudahi dan beristirahat di warung depan museum dengan membeli minuman dingin. Selesai dari situ lalu ku lanjutkan ke menara syahbandar. Ketika hendak naik, ada 3 org bule baru turun dari atas. Dan 2 bule cowo msh di atas ketika aku sampai di sana. Ku lihat sekeliling pemandangan di bawahnya. Terlihat galangan VOC yg tadi kukunjungi, terlihat gedung museum bahari juga, lalu terlihat.. Apa ya disebutnya. Hm.. Laut yg menjorok ke dalam (?) dengan banyak kapal yg berlabuh. Kuikuti arah pandanganku terhadap air yg berasal dari laut itu. Ke arah mana air itu mengalir. Oh.. Menuju sungai-sungai besar yg tadi kulewati. Ku lihat suasana dari berbagai sisi menara syahbandar. Lalu aku merenung lagi. Di pikiranku aku mencoba berusaha lagi menghadirkan suasana ketika zaman VOC. Membayangkan kalau ada banyak kapal yg datang dari laut lepas dan masuk melewati sungai dengan menara syahbandar inilah yg mengawasi keluar masuknya kapal-kapal tersebut. Karena menara ini adalah bangunan tertinggi ketika itu. Kemudian barang-barang komoditas perdagangan berupa rempah-rempah : pala, lada kemudian komoditas perdagangan lainnya berupa tekstil, bahan tambang : seperti timah, dan tembaga, yg dibawa dan dikeluarkan dari kapal-kapal yg kemudian disimpan di gudang Barat yg kini disebut sebagai museum bahari atau museum maritim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar