Kamis, 14 Desember 2017

11 oktober 2015

Beberapa minggu yg lalu di mata kuliah sejarah indonesia masa klasik, klo tdk salah. Di sela2 menjelaskan materi kuliah, pak dosen bercerita pd kami di kelas  "ketika saya menghadiri sebuah seminar atau acara (saya lupa apa) ada seorang tokoh dari Kalimantan bertanya pd saya. Pak nurzengky, kota bukittinggi dan pontianak itu sama2 sejajar dan berada segaris di garis khatulistiwa, tetapi knp dari dulu yg dibagusin cuma kota bukittinggi saja? Dan membiarkan yg lainnya tertinggal?"
Dan dosenku pun bilang kurang lebih begini : "dari dulu memang sudah begitu. Belanda sengaja merencanakan dan merancangnya demikian, karena apa? Karena belanda tau bagaimana potensi kandungan mineral di daerah tsb. Dan belanda ga mau klo pribumi mengetahui dan menguasainy dg membiarkan daerah tersebut tertinggal dari pembangunan.
Dan sama aja hal nya seperti ini : "kenapa  hanya pulau jawa aja yg lebih digetolkan dg pembangunan2? Sedangkan lihatlah nasib pulau papua yg msh jauh tertinggal dlm pembangunannya jg?   Tak lain dan tak bukan karena di papua itu memiliki kandungan mineralnya yg jg potensial.."

    Disana beliau menambahkan dg mengatakan pd kami kalau belajar sejarah itu harus kritis..

     Dan skrg saya pun jd kepikiran, dari sekian kota di Jawa Barat, ada Subang, Tasik, Bandung, Majalenka, Cianjur, dllnya, tapi kenapa yg dibagusin dan yg di  'wah' kan cuma Bandung?
Bagaimana dengan Subang yg kotanya bisa dibilang tetanggaan dg Bandung?

      Saya jd menyimpulkan sendiri klo mungkin kandungan mineral atau potensi alamny Subang memiliki potensi yg jauh lebih besar dari Bandung, begitupun dg daerah Malingping yg pembangunannya msh rendah yg padahal di Malingping itu ada kandungan emasnya..  Dan mungkin sama jg seperti pontianak dg bukittinggi yg dg sengaja dikaburkan oleh belanda jg..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar